“Bu.. Bu.. Di depan gang ada mobil biru dibodi sampingnya ada lambang petir merah dengan dasar kuning ada gelombangnya parkir di tepi jalan. Emang rumah siapa Bu yang listriknya dicabut sama PLN?” Teriak Rini sambil tergesa masuk rumah mencari Ibunya, sengaja sepatunya tidak Ia lepas karena diserang rasa penasaran. Tasnya masih terpeluk dipunggungnya lalu tangan kanannya membekap erat buku pelajaran. Ketika itu aku sedang menemani Mbak Is, kakak iparku yang juga Ibunya Rini menyiapkan makan siang yang seketika mendongak ketika melihat kedatangan Rini.
“Kamu ini datang-datang bukannya membaca salam tapi malah su’udzon kepada PLN. Mobil PLN itu kesini bukan mau nyabut tapi mau memasang listrik untuk pelanggan pasang baru ” jawab Ibunya yang sedang menyiapkan nasi dan lauk di meja makan. Aku hanya tersenyum melihat sikap Rini.
“Eh, ada Tante. Gimana kabarnya Tan?” sapa Rini seraya memegang jariku dan menaruh punggung tanganku di pipinya.
“Kabar baik, Rin. Baru pulang sekolah?”
“Iya, Tan!” jawab Rini riang.
“Siapa yang pasang listrik baru, Bu?” Tanya Rini kepada Ibunya. Dari suaranya terdengar kaget bercampur senang. “Tumben.. hari gini ada yang pasang listrik baru, Biasanya juga kalau ada petugas PLN datang itu artinya ada tetangga kita yang telat bayar listrik lalu dicabut listrik rumahnya” Rini membuka kulkas lalu menuangkan air dingin dari botol kaca ke dalam gelas, beberapa detik kemudian kesegaran sudah menyirami tenggorokannya.
sebelah kanan meja makan terdapat televisi yang sedang menayangkan berita siang yang kali itu sedang memberitakan bahwa PLN berkomitmen menegakkan Good Corporate Governance (GCG).
“Sst.. diam dulu, dengarkan berita di TV itu....” seru Mbak Is. Aku, Mbak Is, dan Rini langsung diam. Suasananya seketika senyap. Hanya suara perempuan yang membacakan berita dengan intonasi resmi.
Rini duduk di kursi sembari tangan kanannya memegang gelas. Tangan kirinya sibuk membuka simpulan tali sepatunya lalu dengan cekatan melepas kaos kaki dari kedua tungkainya. Aku mengambil sepotong tahu goreng hangat dipiring yang sejak tadi melambai sambil menggigit cabe rawit. Kemudian turut larut mendengarkan berita di TV.
“Pemirsa, baru-baru ini PT PLN membuat komitmen baru dengan berupaya menegakkan GCG atau Good Corporate Governance dalam diri perusahaannya. Dengan komitmen ini diharapkan PLN bisa memerangi praktek korupsi, kolusi dan nepotisme di masyarakat. Upaya ini dilakukan oleh PT PLN Persero selaku Perusahaan Listrik Negara yang telah berdiri sejak Oktober 1945 itu demi melayani masyarakat sebagai pelanggan PLN secara adil dan terbuka. Dengan sistem yang baik ini diharapkan masyarakat mendapat kepuasaan dalam mendapatkan hak-haknya sebagai pengguna listrik sesuai yang diharapkan banyak orang.
Sebagai bentuk Implementasi tersebut PLN menggandeng kerjasama dengan jaringan organisasi global anti korupsi Transparency International Indonesia (TII). Kerjasama ini bertujuan untuk lebih memastikan bahwa PLN dalam menjalankan usahanya menyediakan listrik bagi masyarakat luas, sungguh-sungguh menerapkan GCG dan anti korupsi. Kerjasama yang dibangun meliputi reformasi dalam Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ) serta reformasi disisi pelayanan pelanggan.
PT PLN, yang sesuai motto nya“Listrik Untuk kehidupan yang lebih baik” juga berusaha membantu masyarakat yang akan pasang listrik baru dengan meminimalkan waktu daftar tunggu. Hal ini dikarenakan bahwa banyak masyarakat yang mengeluhkan lamanya pasang baru listrik sehingga membuat banyak calon pelanggan yang membuat jalur ‘curang’ untuk mendapatkan aliran listrik ke rumahnya”....
“Jadi begitu, Rin. Sekarang ini PLN sedang mengadakan reformasi tata kelola perusahaan menjadi lebih baik” komentar Mbak Is, Ibunya Rini, beberapa saat setelah tayangan beritanya berganti tema.
“Lalu kenapa baru sekarang, Bu, PLN mengadakan reformasi? Kenapa tidak dari dulu?”
“Rin, mengelola Perusahaan sebesar PLN itu tidak mudah, apalagi PLN selama ini ‘sendirian’ saja menjadi ‘suplier’ listrik di masyarakat seluruh Indonesia sehingga wajar saja bila PLN perlu perencanaan matang untuk benar-benar melakukan perbaikan sistem. PLN tidak saja harus memikirkan kendala dilapangan yang berhubungan dengan hajat orang banyak tetapi juga PLN juga harus berpikir bagaimana cara agar mendapatkan energi dari alam yang cukup sebagai penghasil listrik sehingga pemadaman listrik di masyarakat tidak sering terjadi. Apalagi sekarang teramat susah bagi PLN untuk mendapatkan ‘bahan bakar’, selain harga yang selangit juga ketersediannya sudah menipis. Nah sekarang kamu sudah di bangku SMU. Pasti kamu tau apa bahan bakar untuk menghasilkan listrik?”
“Gas Alam dan Batubara, Bu!”
“Nah itu kamu tau. Setiap tahun harga minyak cenderung naik dan pemakaian listrik dinegara kita juga tinggi. Itu juga masalah di PLN”
Aku mengangguk setuju. “Betul Ibu kamu, Rin! Saat ini PLN sedang butuh banyak batubara supaya listrik yang mengalir di rumah-rumah penduduk bisa stabil dan mengurangi pemadaman”
“Supaya pemakaian listrik di PLN tidak tinggi, kita harus mengurangi pemakaian listrik dong, Tan?”
“Tepat!. Jadi penghematan itu selain membantu PLN kelebihan beban juga tagihan listrik setiap bulan bisa berkurang. Sebenarnya PLN sudah meluncurkan penggunaan listrik dengan sistem pra bayar, namanya ‘Listrik Pintar’, maksudnya memakai listrik tapi bayarnya dengan isi pulsa terlebih dahulu, seperti pulsa handphone gitu. Sepertinya bagus itu untuk dipakai kelas rumah tangga seperti Ibumu ini, kalau Tante pikir banyak sekali keuntungannya antara lain seperti:
1.penggunaan listrik bisa diatur
2.membeli pulsa sesuai kebutuhan, kalau kurang tinggal isi pulsa lagi
3.bila lupa bayar tagihan, gak takut didatangi petugas
“Oya Bu, setiap pulang sekolah Rini sering melihat mobil PLN trus dibelakangnya ada tulisan “PELAYANAN TANPA SUAP” apakah itu berhubungan dengan GCG anti korupsi PLN yang tadi beritanya muncul itu?”
“Iya. Itu salah satu wujud komitmen PLN dalam bersungguh-sungguh menerapkan Good Corporate Governance alias GCG. Semua itu dilakukan supaya masyarakat tahu bahwa PLN sekarang berusaha untuk adil dan transparan dalam melayani masyarakat. Bila ada masyarakat yang diperlakukan tidak adil dilapangan mereka bisa datang ke kantor PLN untuk meminta penjelasan secara detail.”
“Hmm.. masih ribet ya Bu? Kenapa PLN tidak sering-sering mengadakan sosialisasi kepada masyarakat yang sebagian besar pelanggannya terkait hak-hak yang mestinya didapatkan sehingga bila sewaktu-waktu ada kejadian pelanggan sudah mengerti harus bertindak bagaimana. Selama ini yang Rini tau petugas PLN setiap bulan mencatat meteran rumah kita, tetapi PLN tidak pernah mengirim surat tagihan bulananya sehingga pelanggan sendiri yang harus pintar mengira-ngira pengeluaran listrik setiap bulannya. Bukankah bila PLN mengirimkan surat tagihan setiap bulannya kepada pelanggan, itu berarti sudah termasuk sosialiasi? PLN kan bisa memberikan pengumuman maupun keterangan dibagian bawah atau belakang lembar tagihan. Syukur-syukur bila PLN melengkapi surat tagihan itu dengan selebaran mengenai kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan PLN. Biar PLN semakin dekat dengan masyarakat begitu.. ”
“Pinter kamu, Rin. Sudah mulai jadi kritikus nih ponakan Tante..” aku tersenyum sambil tanganku mengacak-acak rambut Rini. Rini tersenyum sambil menaik-naikkan alisnya, lalu mencomot tahu goreng dipiring. “Tapi jangan salah lho, biar begitu PLN sudah memberi banyak informasi melalui website. Nama websitenya www.pln.co.id dan www.plnbersih.com. Di website itu pelanggan bisa mendapatkan banyak sekali informasi seperti layanan online yang meliputi info tagihan rekening, penyambungan baru, perubahan daya, atau penyambungan sementara. Warta tentang seputar PLN dan informasi menarik lainnya juga tersedia di sana. Kalau mau follow twitternya PLN juga bisa lho Rin.. twitternya @pln_123, katanya mau dekat dengan petugas PLN? ” godaku
“Iya sih Tan, tapi kan tidak semua masyarakat kita familiar dengan penggunaan internet” elak Rini.
"Duh anak Ibu sudah mulai pintar berdebat nih..” ujar Mbak Is seraya menuangkan sayur ke mangkok.
“Iya nih Mbak, Rini sudah mulai pintar, bisa diajak diskusi” kataku memuji.
“Hmm.. kamu ada betulnya sih..” Aku berusaha mengakui hasil pemikiran Rini.
“Oya, Bu, bukankah praktek suap bisa dilakukan dimana-mana dan oleh siapapun. Kalau atasan PLN menegakkan GCG sedangkan petugas lapangan masih ada yang nakal, percuma saja dong, Bu. GCG tidak akan berjalan maksimal”
"Rin, Pejabat dan petugas PLN itu manusia. Dan manusia tidak ada yang sempurna. sedangkan kita, sebagai salah satu pelanggan PLN juga tidak mau ada praktek-praktek seperti itu, tetapi bila pelanggan seperti kita mau kritis dan berpikir dengan jernih, mau mengikuti prosedur yang berlaku semestinya maka praktek-praktek korupsi, kolusi dan nepotisme tidak akan terjadi. Selama ini pelanggan kan maunya cepet dan beres tapi tidak mau repot sehingga mereka memanfaatkan ‘orang dalam’ untuk pengurusannya dengan memberi imbalan sekian rupiah, kalau sudah begitu siapa yang rugi? Pelanggannya sendiri, kan?
Eh, ngomong-ngomong sejak pulang sekolah kamu belum cuci kaki dan tangan ya, tapi sudah mencomot tahu goreng, gimana sih? Ayo sana cuci tangan dan kaki dulu!” Seru Mbak Is sembari menjauhkan piring berisi tahu goreng asin bikinannya. Aku dan Rini tertawa bersama.
“Nanti aja deh,Bu. Tanggung nih ngobrolnya. Kalau nanti ditinggal jadi gak seru lagi dong!”
“Lalu seandainya Tan, pelanggan sudah kritis tapi masih saja ada petugas PLN yang nakal bagaimana mengatasinya dong?”
“Kalau itu tergantung dari manusianya, Rin. Barangkali saja para petugas PLN itu harus sering-sering diikutkan workshop dan pengkajian tentang baik buruknya praktek KKN sekaligus menyadarkan mereka bahwa KKN itu tindakan tidak baik. Tetapi seandainya sudah diadakan pelatihan dan pengkajian seperti itu dan masih saja ada oknum yag berbuat ya itu terserah mereka, tanggung jawabnya kan kepada yang diatas. Yang terpenting masyarakat juga harus berhati-hati menghadapinya. Seperti jargon Bang Napi itu lho Rin, "Waspadalah.. kejahatan terjadi bukan hanya karena niat pelaku tetapi juga karena adanya kesempatan!” kataku meniru gaya Bang Napi. Rini dan Mbak Is ikut tertawa.
“Hahaha..Tante ini bisa saja.. tapi memang betul sekali itu, Tan” seru Rini seraya tertawa.
“Hush!” Bu Agus mengabaikan tangannya diudara. “Makanya Rin kamu belajar yang pintar, ini tugas kamu sebagai penerus bangsa. Kalau tidak ada anak muda yang sekolah pintar siapa generasi penerus kita selanjutnya, yang cerdas memikirkan solusi demi kepentingan masyarakat. Sedini mungkin kamu harus berpikir bagaimana urusan perlistrikan di negara ini bisa tuntas, kekayaan alam seperti gas bumi dan batubara cadangannya mulai menipis sedangkan berjuta masyarakat kita membutuhkan aliran listrik. Haruskah negara ini selalu impor bahan bakar? Tidakkah harga nya sangat mahal? Kamu nggak mau kan seandainya sepuluh atau dua puluh tahun lagi negara kita ini hanya mengandalkan petromak dan oblik (lampu minyak) sebagai penerangan? Masak iya dinegara kita yang sekarang berkembang tapi dua puluh tahun lagi mengalami kemunduran”
“Rini nggak mau dong, Bu! Mungkin Rini akan mencoba membuat terobosan baru seperti mengandalkan tenaga matahari sebagai pengganti gas alam dan batubara. Baru-baru ini ada teman Rini membuat percobaan listrik dengan menggunakan pembangkit tenaga surya, dan telah diuji cobakan disekolah. Tanggapan guru-guru dan semua teman Rini tentu saja sangat antusias”
“Oya? Bagus dong kalau begitu! Perlu di contoh itu Rin!”
“Tapi dengar-dengar Tarif Dasar Listrik mau naik ya Bu?”
“Hmm.. Ibu dengar sih begitu. Semoga PLN dan pihak terkait mempertimbangkan lagi sudah pantaskah kenaikan TDL itu diberlakukan. Kalaupun harus naik ya bagaimana lagi, dibilang tidak setuju sih tidak setuju tetapi itu kan demi masyarakat pelanggan juga. Dan bila memang harus naik harapan kita semua tentu saja PLN harus mampu meningkatkan kualitas pelayanannya, sebisa mungkin menstabilkan tegangannya serta meminimalisasi pemadaman”.
“Oh Rini paham sekarang, Bu. Jadi mulai sekarang Rini akan berusaha semaksimal mungkin mengurangi penggunakan listrik dirumah. Kalau tidak terpakai Rini akan segera matikan demi membantu Ibu menguragi beban tagihan juga membantu PLN mengurangi pemakaian bahan bakar, bukan begitu kan, Bu? Lalu ngomong-ngomong rumah siapa Bu yang sedang pasang baru listrik?”
“Rumahnya Bu Indra, tetangga sebelah yang selama ini masih mengalirkan listrik dari rumah kita. padahal baru 3 hari lalu Bu Indra mendaftarkan pasang baru di PLN, hari ini langsung ditindak lanjuti”.
“Wah.. Pelayanan PLN makin cepat ya mbak? Rasanya PLN sudah mulai membuktikan diri memenuhi komitmennya” Selaku. Mbak Is mangangguk mantap.
“Rin..rin.. sudah sana kamu ganti baju dulu, nasi dimeja nanti keburu dingin..” perintah Mbak Is kepada Rini yang sedang berusaha meraih piring tahu, dan Mbak Is dengan cekatan menarik piring itulebih dekat kearahnya. Aku tertawa melihat Ibu dan anak rebutan piring.
“Inggih, Bu...” Rini langsung ngeloyor pergi. Dan Mbak Is hanya bisa geleng-geleng kepala melihat sikap anak perempuan satu-satunya itu.
“Ngomong-ngomong ya Mbak, obrolan kita tadi tentang PLN seru lho ya. Kalau begitu aku mau posting di blog ah, kebetulan sekali sudah lama aku belum nulis postingan baru. Momennya kan tepat, bulannya pas dengan Hari Listrik Nasional Blogger satu ini, bisa aja kalau nyari ide..” ledek Mbak Is. kemudian kami tertawa bersama...
Sebagian sumber tulisan diambil dari: www.plnbersih.com dan www.pln.co.id
1 komentar:
Di daerah saya sering sekali mati listriknya, entah gr2 apa saya tidak tau, tiba2 mati lama. :( padahal didaerah saya pada tertib bayar listriknya ..
Beberapa tips kesehatan untuk anda semua Cara Menurunkan Berat Badan , Cara Meninggikan Badan , Cara Mengatasi Rambut Rontok , Cara Mengatasi Keputihan , Cara Berhenti Merokok , Cara Menghilangkan Bau Kaki , Cara Menghilangkan Panu , Cara Menghilangkan Karang Gigi , Cara Menurunkan Kolesterol , Cara Mengatasi Insomnia . Semoga bermanfaat :)
Posting Komentar